Penerus Bangsa atau Pelurus Bangsa
rajanips- Permasalah dunia yang tak kunjung ada akhirnya hingga mati pun, segala sesuatu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan kalau kita kenal sekarang dengan sebutan "politik". Propaganda yang diciptakan untuk mengedepankan ego tersendiri maupun kelompok, semua dimulai sejak Sperma laki laki saling berebut untuk menembus sel telur wanita. Hingga terbentuknya sebuah janin dan tumbuh menjadi seorang anak-anak, dimasa kecil saling berebutan sebuah mainan saling mengklaim ini punya saya itu punya saya, tidak peduli seorang teman kecil itu menangis maupun bersedih, yang terpenting sesuatu itu sudah dimiliki. Pada masa remaja keegoisan itu tetap tersimpan di diri manusia, seorang remaja yang mengalami masa pubertas yang dimana mengalami masa perubahan fisik, fsikis dan pematangan fungsi seksual. Dua remaja laki-laki yang kasmaran mereka akan berusaha berbagai cara untuk menarik hati seorang wanita yang disukainya apapun itu demi mendapatkan wanita pujaannya, karena manusia terlalu ego hingga pertengkaran antara dua lelaki remaja hinggga berujung pada pembunuhan. Hingga mejadi seorang yang dewasa pun masih tersimpan keegoisan itu, di kalangan mahasiswa berbagai macam tipe mahasiswa yang ada di kalangan mahasiswa, bersaing dipandang baik di depan seorang dosen demi sebuah nilai.
baru-baru ini pada tanggal 30 April hari dimana sekumpulan mahasiswa yang dikenal dengan sebutan Forum Gerakan Pemuda Mahasiswa Inhil Pekanbaru (FGPMIP) tergerak hati meraka untuk turun aksi, mendengar berita yang telah lama terdengar ditelinga yakni masalah daerah yang kaya dengan kelapa tapi murah di daerah nya sendiri sama halnya dengan minyak tapi beda untuk bagian harga. kalau minyak harganya tinggi akan tetapi masalah kelapa harga yang rendah. kalau minyak Riau terkenal dengan semboyan "DI BAWAH MINYAK, DIATAS MINYAK, DAN DITENGAH-TENGAH MINYAK" maka semboyan kelapa di Indragiri Hilir (INHIL) ini saya kasih semboyan dengan "DI KIRI KELAPA, DI KANAN KELAPA, DIMANA-MANA KELAPA". Hingga mahasiswa Inhil Pekabaru Inhil melakukan kajian untuk melakukan aksi sebagai penyambung lidah masyarakat karena peran yang tepat untuk menyampaikan hal tersebut ialah mahasiswa. Dan mirisnya mahasiswa dalam bentuk demonstrasi sering di anggap sebagai ekspresi tak lebih dari rengekan anak kecil, bahkan seringkali muncul sebuah stetmen “Mahasiswa hanya bisa demo saja”.
Pikiran sempit ini, menandakan kekurang pahaman mereka akan hakikat yang melatar belakangi mahasiswa turun ke jalan. Kalau kita melihat, tiga peran pokok mahasiswa sebagai agen of Change (agen perubahan), moral force (kekuatan moral) dan iron stock (cadangan masa depan) suatu bangsa, memaksa mahasiswa untuk bergerak menyampaikan amanat dan aspirasi rakyat.
Kalau bicara tentang teori sebagian masyarakat enggan menerima teori karena terkadang teori itu jauh berbeda sama faktanya, makanya masyarakat itu perlu kepastian yang bisa mengantarkan pada kesejahteraan, miris rasanya pada saat daerah yang rata-rata petani kelapa tidak seorang pun berani untuk menyuarakannya kepada pemerintah, selama hukum nmasih berlaku di Indonesia maka tidak akan ada yang melarang menyampikan pendapat, dan jikalau hukum tidak berlaku lagi maka siap-siap untuk menangis karena pemerintah tidak bisa di ganggu gugat. jangan pernah takut pada pemerintah karena masyarakat bersama kita. jikalau ada mahasiswa yang mengkritiki pemerintah bukan berarti mereka itu anti pemerintah dan jika ada mahasiswa yang dekat pada pemerintah bukan berati mereka pro pada pemerintah, maka dari itu bertanya sebelum menyatakan yang belum tentu kebenarannya.
Sebagai seorang mahasiswa yang telah menerima gelar "Maha" yang mana maha ini hanya di miliki oleh Alllah SWT, betapa beratnya titel yang diberikan kepada para mahasiswa, akan tetapi tidak semua mahasiswa itu hobi demo, berbagai macam mahasiswa baik itu seorang musisi, penari, penulis, aktivis, dll.
Saya sebagai mahasiswa terkadang tidak habis fikir dengan mantan seorang mahasiswa yang mengatakan atau mengklaim mahasiswa yang demo dengan kata-kata yang tidak pantas dan belum tentu itu benar, tanpa tabayun terlebih dahulu dengan para mahasiswa. Kalian yang di anggap sebagai patokan atau contoh oleh dinda-dinda. adik-adik, junior kalian harus lah bersikap sebagaimana mestinya kalian seorang yang ditokohkan. Di zaman Sosial Media ini seakan-akan media dijadikan tempat mengukur, menilai, dan mengklaim pergerakan mahasiswa, sikap kalian yang disegani akan berubah menjadi di benci karena efek ketidak bijak nya dalam menggunakan sosial media. Dan kata-kata penerus bangsa sering terdengar sejak saya masa sekolah dulu, akan tetapi kata-kata penerus bangsa itu harus diubah menjadi pelurus bangsa, melihat bodoh nya manusia sebagai yang ditokohkan akan tetapi tidak menggambarkan atau melihatkan sosok yang harus diteruskan melainkan harus diluruskan sikap dan etika nya di dunia yang sementara ini.
baru-baru ini pada tanggal 30 April hari dimana sekumpulan mahasiswa yang dikenal dengan sebutan Forum Gerakan Pemuda Mahasiswa Inhil Pekanbaru (FGPMIP) tergerak hati meraka untuk turun aksi, mendengar berita yang telah lama terdengar ditelinga yakni masalah daerah yang kaya dengan kelapa tapi murah di daerah nya sendiri sama halnya dengan minyak tapi beda untuk bagian harga. kalau minyak harganya tinggi akan tetapi masalah kelapa harga yang rendah. kalau minyak Riau terkenal dengan semboyan "DI BAWAH MINYAK, DIATAS MINYAK, DAN DITENGAH-TENGAH MINYAK" maka semboyan kelapa di Indragiri Hilir (INHIL) ini saya kasih semboyan dengan "DI KIRI KELAPA, DI KANAN KELAPA, DIMANA-MANA KELAPA". Hingga mahasiswa Inhil Pekabaru Inhil melakukan kajian untuk melakukan aksi sebagai penyambung lidah masyarakat karena peran yang tepat untuk menyampaikan hal tersebut ialah mahasiswa. Dan mirisnya mahasiswa dalam bentuk demonstrasi sering di anggap sebagai ekspresi tak lebih dari rengekan anak kecil, bahkan seringkali muncul sebuah stetmen “Mahasiswa hanya bisa demo saja”.
Pikiran sempit ini, menandakan kekurang pahaman mereka akan hakikat yang melatar belakangi mahasiswa turun ke jalan. Kalau kita melihat, tiga peran pokok mahasiswa sebagai agen of Change (agen perubahan), moral force (kekuatan moral) dan iron stock (cadangan masa depan) suatu bangsa, memaksa mahasiswa untuk bergerak menyampaikan amanat dan aspirasi rakyat.
Kalau bicara tentang teori sebagian masyarakat enggan menerima teori karena terkadang teori itu jauh berbeda sama faktanya, makanya masyarakat itu perlu kepastian yang bisa mengantarkan pada kesejahteraan, miris rasanya pada saat daerah yang rata-rata petani kelapa tidak seorang pun berani untuk menyuarakannya kepada pemerintah, selama hukum nmasih berlaku di Indonesia maka tidak akan ada yang melarang menyampikan pendapat, dan jikalau hukum tidak berlaku lagi maka siap-siap untuk menangis karena pemerintah tidak bisa di ganggu gugat. jangan pernah takut pada pemerintah karena masyarakat bersama kita. jikalau ada mahasiswa yang mengkritiki pemerintah bukan berarti mereka itu anti pemerintah dan jika ada mahasiswa yang dekat pada pemerintah bukan berati mereka pro pada pemerintah, maka dari itu bertanya sebelum menyatakan yang belum tentu kebenarannya.
Sebagai seorang mahasiswa yang telah menerima gelar "Maha" yang mana maha ini hanya di miliki oleh Alllah SWT, betapa beratnya titel yang diberikan kepada para mahasiswa, akan tetapi tidak semua mahasiswa itu hobi demo, berbagai macam mahasiswa baik itu seorang musisi, penari, penulis, aktivis, dll.
Saya sebagai mahasiswa terkadang tidak habis fikir dengan mantan seorang mahasiswa yang mengatakan atau mengklaim mahasiswa yang demo dengan kata-kata yang tidak pantas dan belum tentu itu benar, tanpa tabayun terlebih dahulu dengan para mahasiswa. Kalian yang di anggap sebagai patokan atau contoh oleh dinda-dinda. adik-adik, junior kalian harus lah bersikap sebagaimana mestinya kalian seorang yang ditokohkan. Di zaman Sosial Media ini seakan-akan media dijadikan tempat mengukur, menilai, dan mengklaim pergerakan mahasiswa, sikap kalian yang disegani akan berubah menjadi di benci karena efek ketidak bijak nya dalam menggunakan sosial media. Dan kata-kata penerus bangsa sering terdengar sejak saya masa sekolah dulu, akan tetapi kata-kata penerus bangsa itu harus diubah menjadi pelurus bangsa, melihat bodoh nya manusia sebagai yang ditokohkan akan tetapi tidak menggambarkan atau melihatkan sosok yang harus diteruskan melainkan harus diluruskan sikap dan etika nya di dunia yang sementara ini.
Komentar
Posting Komentar
Mari budayawan menulis apa pun itu yang ada dalam fikiran anda maka tulislah, dengan menulis kita bisa banyak yang tau dan menulis itu merupakan alat INTROSPEKSI diri yang ampuh.