Mahasiswa Sekarang Tak Seperti Dulu !!!
Perjalanan kehidupan ini bagaikan balok sinyal ponsel yang turun naik saat kita berada jauh dari tower pemancar sinyal tersebut, kita tidak tahu dimana dan kapan akan mendapatkan sinyal yang bagus, kita berusaha untuk mencari kesana kemari demi mendapatkan sinyal yang bagus untuk handphone kita. Sama halnya kehidupan kita tidak mengetahui kapan nasib baik itu datang dan kapan nasib buruk itu akan datang hal itu sudah ditentukan oleh yang maha kuasa,. Dan mana yang terlihat menguntungkan maka akan siap menuju ke mereka bagaimana pun caranya.
Manusia mempunyai pola fikir berbeda setiap kepala nya, maka dari itu perbedaan menjadi landasan dengan sebutan "Bhineka Tunggal Ika" banyak jalan yang ditempuh dimuka bumi ini dengan bermacam cara untuk mencapai tujuan, sebuah perbedaan seharusnya menjadi landasan untuk persatuan, akan tetapi hal itu sangat kecil kemungkinan terjadi, manusia yang terlalu besar ego nya untuk kepentingan Individu dan kelompok membuat perbedaan sebagai perpecahan di kalangan manusia. saya ambil contoh didalam suatu organisasi Mahasiswa saja, banyak pola fikir yang berbeda di dalam struktur organisasi, dengan pola fikir yang berbeda hanya ada dua kemungkinan, yang pertama persatuan yang lebih erat dan terjalannya program dengan ide-ide dan kreatifitas setiap pemikiran, yang kedua perpecahan, hal ini sangat berdampak buruk bagi sebuah keorganisasian mahasiswa karena saling berpegang teguh dengan pola fikir yang mereka anggap itu benar.
Dari kedua hal tadi, hal pertama bisa saja terjadi, apabila pola pemikiran yang berbeda tadi hanya berbeda dari segi bahasa penyampaian saja akan tetapi tujuan mereka sama, dan hal kedua tadi bisa saja terjadi perpecahan karena beda cara pandang dan cara kerja nya yang berbeda.
Organisasi kemahasiswa terkenal dengan ke Idealisme nya yang mana dulunya mahasiswa terlihat garang terhadap birokrasi yang berkuasa saat itu, tapi nyatanya Idealisme mereka terpecah menjadi dua bagian. Pertama, mereka yang terus mengusung pergerakan. Pada nyatanya mereka yang seperti itu terpecah lagi menjadi dua golongan, yaitu mereka yang dirinya untuk pergerakan, dan mereka yang pergerakan untuk dirinya. Mereka yang dirinya untuk pergerakan. Mereka lah orang yang jujur, tidak munafik, memegang prinsip, dan istiqomah. Benar tetap benar, dan salah tetap salah. sedangkan mereka yang pergerakannya untuk dirinya. Inilah yang membuat kita patut bersedih. menganggap dirinya idealis, padahal hanya kemunafikan. Mereka berani memperjualbelikan harga dirinya, lebih parahnya, menginjak-injak perjuanganya sendiri. itulah realitas yang sesungguhnya.
Politik mahasiswa harus tetap Independen, menjadi oposisi ekstra parlementer, tentunya oposisi Konstruktif. memang image oposisi itu acuh tak acuh terhadap pemerintah, paradigma ini harus di ubah karena oposisi adalah keniscayaan di era domokrasi.
Dalam film koboi shane, cerita ini di angkat oleh Arief Budiman. Saudaranya Soe Hok Gie,Penulis buku Catatan Seorang Demostran, karena ada kemiripan secara fungsional. Dalam cerita itu, Shane yang
diperankan Alan Ladd berduel dengan kepala bandit yang diperankan oleh Jack
Palance. Dalam pertarungan yang seru itu Shane menang. Setelah
menghabisi sang bandit serta kroni-kroninya, kota menjadi tenang. Melihat aksi Shane yang hebat, masyarakat memintanya untuk menjadi
pemimpin di kota yang malang itu. Namun, sang pahlawan tidak menggubrisnya. Ia
memacu kudanya kian kencang. Pergi, karena menolak mendapatkan jabatan dan
balas jasa dari masyarakat. Cerita ini
relevan jika kita kaitkan dengan aksi mahasiswa 1966. Ketika itu banyak aktifis
mahasiswa yang dulunya orator ulung serta jagoan lapangan ditawari jabatan.
Jelas ada yang mengambilnya! Tapi sayang, idealisme mantan mahasiswa itu ada
juga yang kendor. Bahkan tercerabut oleh kekuasaan yang hegemonik. Seharusnya
idealisme itu tetap dijaga, jangan pupus di tengah jalan!
Kembali ke Organisasi mahasiswa, seharusnya organisasi mahasiswa itu harus bersih tanpa campur tangan oleh atas nama "Politik Praktis" karena jikalau organisasi kemahasiswa telah di ikut sertakan maka "Pembodohan" akan merasuki fikiran mahasiswa. Sedih rasanya generasi pelurus bangsa kita yang tidak tau apa-apa diikut serta kan karena zaman sekarang hanya eksistensi yang dicari karena pembodohan tadi. Tidak salah rasanya seorang mahasiswa berpolitik praktis tapi jangan sampai menjerumusan para pelurus bangsa kita yang baru tahap menghadapi kehidupan yang kejam ini. Mereka akan merasa malas berorganisasi karena melihat fungsi orang berorganisasi saat ini hanya sebatas jikalau ada turnament, Seminar, dan kegiatan-kegiatan yang hanya memerlukan mereka saat dibutuhkan banyak orang, untuk mendukung dan menyukseskan acara tersebut.
Tulisan ini kritikan besar bagi kalian yang berpengaruh dalam wadah organisasi, kalian yang mempunyai peran, alangkah baiknya lakukan kegiatan yang bisa mencerdaskan pelurus bangsa kita tersebut. Seperti contoh Teknik sidang yang sangat diperlukan dalam organisasi apabila Musyawarah Besar (Mubes) banyak tidak diketahui oleh peserta sidang yang sering dilakukan pada saat mubes tersebut, bahkan saat mubes hanya itu-itu saja orangnya yang aktif di dalam forum, itu pun mereka yang sudah mengikuti organisasi (HMI,KAMMI,IMM, GMNI, PMII dll) hal sekecil ini bagi saya sangatlah berharga bagi pelurus bangsa kita, karena banyak yang tidak mengetahui bagaimana seharusnya berbicara dalam forum saat bersidang menetukan AD/ART sebagai landasan suatu organisasi. Bagaimana pelurus bangsa kita ini bisa mengubah atau menyurarakan keganjalan di hati nya apabila AD/ART itu tidak sesuai seharusnya jikalau mereka tidak ada mental dan ilmu untuk menyuarakannya.
Cermin itu mahal harganya. Bukan politik yang merusaknya. Tapi ideologi yang tak jelas arahnya.
BalasHapus