®KISAH FIR'AUN BIN RAMSES LAKNATULLAH 'ALAIH®
Setiap manusia dimuka bumi ini pasti akan mendambakan Pemimpin (Apakah ia Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota, Wakil Dewan, Camat, Kepala Desa dan lain sebagainya) yang dalam jiwanya mengalir nilai-nilai kemanusian, kebenaran dan keadilan. Pemimpin merupakan penentu hidup dan pola perilaku masyarakat yang dipimpinnya. Di tangan pemimpinlah warna kehidupan bangsa / Negara sangat tergantung. Jika seorang pemimpin adil, keadilan akan dengan sangat gampang merayap dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Salah satu ciri pemimpin yang sangat mungkin untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan adalah seorang pemimpin yang dengan sengaja dan ambisius berburu kekuasaan.
وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ
“Dan sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas “(Yunus: 83).
Fir’aun adalah Penguasa zalim yang namanya diabadikan dalam al-Qur’an oleh Allah SWT. Karena kezhalimannya sebagai Pemimpin hingga mengaku sebagai Tuhan, akhirnya ia ditenggelamkan Allah. Tak hanya itu, Bangkainya menjadi awet sampai sekarang dan menjadi pelajaran bagi orang-orang sesudahnya. Ada pelajaran yang dapat diambil manusia sesudahnya, Jangan berlaku zalim ketika jadi Pemimpin.
Kisah Firaun dalam kutipan ayat dimaksud adalah gambaran sosok Pemimpin zalim yang Allah murkai. Dalam diri Fir’aun terakumulasi semua sifat dan juga sikap yang merusak. Sikap sewenang-wenang yang melampaui batas adalah karakter merusak. Kesombongan, keangkuhan meliliti jiwanya.
Allah berfirman :
“Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk “(Thaha : 79).
Tidaklah heran jika Rasulullah SAW sering kali mengingatkan kepada umat Islam diseluruh dunia akibat yang akan diterima oleh para pemimpin yang zalim, seperti Fir’aun. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Ada 4 golongan yang paling Allah benci : Pedagang yang banyak bersumpah, Orang fakir yang sombong, Orang tua yang berzina, dan seorang pemimpin (penguasa) yang zhalim” (HR. An-Nasai).
Pemimpin yang zalim senantiasa haus dan ambisius berburu kekuasaan. Perburuan yang dilakukannya bukan untuk kebaikan ummat dan bangsa, namun untuk kepentingan diri sendiri, kerabat, kelompok dan juga pendukungnya. (Hal ini menguatkan dan sebagai referensi tulisan sebelumnya).
Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kamu meminta jabatan dalam pemerintahan. Karena jika kamu diberi jabatan karena permintaanmu, maka bebanmu sungguh berat. Tetapi jika kamu diberi jabatan tanpa kamu minta, maka kamu, akan dibantu oleh orang banyak “(HR. Muslim).
Penguasa yang zalim yang Allah murka akan memiliki pemikiran pendek dan picik. Sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran tentang Fir’aun:
“Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami”(Al-Qashash : 39).
Singkat cerita, Nabi Musa AS berdoa kepada Allah SWT untuk membinasakan Fir’aun Si Penguasa yang Zalim dan bala tentaranya dengan diaminkan oleh Nabi Harun AS. Kemudian Allah SWT mengabulkan doa keduanya.
“Musa berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” Allah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua”.” (QS. Yunus: 88-89).
Fir’aun sebagai Pemimpin yang angkuh dihinakan oleh Allah. Atas petunjuk Allah SWT, Nabi Musa AS pergi meninggalkan kota Memphis menuju ke Laut Merah. Fir’aun dan bala tentara menyusul dari belakang. Setibanya di tepi Laut Merah, Allah perintahkan kepada Musa ‘alaihi salam untuk memukulkan tongkatnya ke laut, secepat kilat laut pun terbelah, bukan surut. Seketika itu juga, Nabi Musa dan pengikutnya menyeberang lautan yang terus terbelah sampai mereka semua selamat tiba di seberang. Setelah itu laut menutup menenggelamkan sang raja besar yang sombong.
Semoga Allah SWT menghadirkan pemimpin adil di tengah kita dan kita senantiasa berdoa agar menjauhkan pemimpin yang Allah murkai di Negeri yang kita tempati ini.
Amin Mujibatasyaa'iliin!.
Hal ini menjadi teguran jelas bagi kita semua wabilkhusus penulis karena pada hakikatnya menjadi seorang pemimpin itu bukan seperti halnya permainan yang kita mainkan sesuka hati kita akan tetapi seorang pemimpin itu bagaikan mata air bagi seluruh masyarakat dan rakyatnya yang, sangat membutuhkan hal tersebut.
"Ya Allah jadikanlah kami sebagai kaum laki-laki yang akan menjadi pemimpin keluarga kelak dari sifat yang bisa meregukikan keluarga kami kelak".
"Ya Allah, hindarkan hati ini dari meminta jabatan (memimpin) karena itu sangatlah berat, jikalau saja kami mengetahuinya.
"Ya Allah, hindarkan kami dari pemimpin yang dzolim beri mereka peringatan terlebih dahulu sebelum dia menjadi pemimpin kami nantinya, berikan jalan kepada yang lurus terhadap mereka yang telah berencana membuat kesengsaraan kami dan kemurkaan Mu.
"Ya Allah, Berikan kami seseorang pemimpin yang bisa mengabdi bersungguh-sungguh berjuang untuk rakyat dan masyarakat. Karena di akhir zaman ini tidak banyak lagi pemimpin pemimpin yang bisa amanah terhadap ucapan yang mereka lotarkan sebelum menduduki jabatan.
"Ya Allah, permudahkanlah setiap langkah yang didi kerjakan dandi di perjuangkan oleh pemimpin kami yang amanah serta yang benar-benar hanya mengabdi untuk kesejahteraan, ketentraman dan kemakmuran kami.
Amin Ya Rabbal Alamin....
Komentar
Posting Komentar
Mari budayawan menulis apa pun itu yang ada dalam fikiran anda maka tulislah, dengan menulis kita bisa banyak yang tau dan menulis itu merupakan alat INTROSPEKSI diri yang ampuh.